Biografi Ilmuwan Islam
1. Abu Raihan Al Biruni
Namanya tak
diragukan lagi di pentas sains dan ilmu pengetahuan abad pertengahan.
Dunia sains mengenalnya sebagai salah seorang putra Islam terbaik dalam
bidang filsafat, astronomi, kedokteran, dan fisika. Wawasan
pengetahuannya yang demikian luas, menempatkannya sebagai pakar dan
ilmuwan Muslim terbesar awal abad pertengahan. Ilmuwan itu tak lain
adalah Al-Biruni. Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad
Al-Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada bulan September tahun 973
M, di daerah Khawarizm, Turkmenistan. Ia lebih dikenal dengan nama
Al-Biruni. Nama “Al-Biruni” sendiri berarti ‘asing’, yang dinisbahkan
kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu,
wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing. (baca selengkapnya disini)
2. Al Jazari, Perintis Teknologi Mekanik & Robot
Peradaban
Islam di era keemasan telah menguasai teknologi yang sangat tinggi.
Pada abad ke-13 M, dunia Islam sudah menggenggam teknologi robot.
Insinyur Muslim di zaman kekhalifahan sudah mampu menciptakan robot
mirip manusia. Pencapaian itu sekaligus mematahkahkan klaim Barat yang
kerap menyebut Leonardo da Vinci sebagai perintis teknologi robot.
Da Vinci baru merancang pembuatan robot pada 1478, itu pun baru berbentuk desain di atas kertas. Sedangkan, insinyur Muslim yang sangat brilian, Al-Jazari, sudah berhasil merancang dan menciptakan aneka bentuk robot pada awal abad ke-13 M. Atas dasar itulah, masyarakat sains modern menjulukinya sebagai ”Bapak Robot”. Peradaban Islam lebih maju tiga abad dalam teknologi robot dibanding Barat.
Da Vinci baru merancang pembuatan robot pada 1478, itu pun baru berbentuk desain di atas kertas. Sedangkan, insinyur Muslim yang sangat brilian, Al-Jazari, sudah berhasil merancang dan menciptakan aneka bentuk robot pada awal abad ke-13 M. Atas dasar itulah, masyarakat sains modern menjulukinya sebagai ”Bapak Robot”. Peradaban Islam lebih maju tiga abad dalam teknologi robot dibanding Barat.
Peradaban Islam adalah perintis dalam bidang teknologi automata, yakni
sebuah mesin yang dapat berjalan sendiri (self operating). Automata
sering digunakan untuk menggambarkan sebuah robot atau
lebih khusus robot autonomous. Kata Automata berasal
dari bahasa Yunani automatos, yakni berlaku atas kehendak sendiri,
bergerak sendiri.(baca selengkapnya disini)
3. Abu Wafa - Sang Matematikawan Jenius
Ahli
matematika Muslim fenomenal di era keemasan Islam ternyata bukan hanya
Al-Khawarizmi. Pada abad ke-10 M, peradaban Islam juga pernah memiliki
seorang matematikus yang tak kalah hebat dibandingkan Khawarizmi.
Matematikus Muslim yang namanya terbilang kurang akrab terdengar itu
bernama Abul Wafa Al-Buzjani. “Ia adalah salah satu matematikus terhebat
yang dimiliki perabadan Islam,” papar Bapak Sejarah Sains, George
Sarton dalam bukunya bertajuk Introduction to the History of Science.
3. Ibn Haitham
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan ramaigolongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah,sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, perubatan, dansebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokohilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai ilmutersebut pada usia yang muda, malah dalam masa yang singkat dapatmenguasai beberapa bidang ilmu secara serentak.Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan perubatantetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama,falsafah, dan se umpamanya. Salah seorang daripada tokoh tersebutialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan Ibnu Al Haitham.(baca selengkapnya disini)
5. Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930 . Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./ 865 dan wafat pada tahun 313 H/925
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran , ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagaiilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.(baca selengkapnya disini)